Rabu, 10 Desember 2008

“the great depression 2009” Bencana Depresi Besar




Maramisnomics Berbasis Otonomi Kabupaten/Kota
Solusi Atas “the great depression 2009”
Bencana Depresi Besar 2009

PROLOG
Jika tidak ditangani secara tepat, krisis keuangan akan menjelma menjadi krisis kemanusiaan di kemudian hari. Keresahan sosial dan ketidakstabilan politik akan meningkat, memperparah persoalan lainnya. Bahayanya, sebuah rangkaian krisis satu sama lain saling menghantam dengan potensi menghancurkan semua pihak.Demikian peringatan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon di Doha, Qatar, pada konferensi ekonomi dan pembangunan yang disponsori PBB, 29 November 2008 sebagai LAPORAN AKHIR TAHUN INTERNASIONAL dengan judul “Dunia Memasuki Tahun 2009 yang Kelam”
(http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/05/05430269/dunia.memasuki.tahun.2009.yang.kelam)

NIC(Majlis Perisikan Kebangsaan) Malasya, dalam laporannya bertajuk Trend Global 2025 berkata, keadaan dunia juga akan bertambah bahaya dengan kebimbangan mengenai makanan dan sumber air, namun menghadapi limpahan senjata. Menurut NIC, krisis kewangan di Wall Street sekarang adalah permulaan kepada ketidakseimbangan ekonomi global. Katanya, peranan dolar sebagai mata wang utama dunia juga akan menguncup sampai ke satu tahap ia menjadi mata wang biasa. "Dalam tempoh peralihan 20 tahun akan datang kepada satu sistem baru dipenuhi oleh risiko," kata NIC dalam laporan tersebut.
(http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2008&dt=1122&pub=Utusan_Malaysia&sec=Luar_Negara&pg=lu_05.htm)

Bencana depresi besar (the great depression) di tahun 1930-an melanda Dunia yang dimulai dari Eropa. Betapa dasyatnya bencana depresi besar tersebut, dampak di Indonesia saat itu sampai pada perbendaharaan bahasa dengan munculnya dua perbendaharaan istilah, “ngemis” (peminta-minta dari daerah Bogor sekitar Citayem yang datang pada hari “kamis”/ngemis sore) untuk hari Jumatnya meminta-minta saat solat Jumat di mesjid-mesjid Jakarta, sekitar kota, “ngamen” bergeser dari ngamin = mengamini, adalah ucapan ketika orang datang ke depan rumah membacakan ayat suci atau menyanyikan lagu religi mengharapkan imbalan uang, oleh sebab Krisis Depresi Besar tersebut.

Kata “krisis”, yang dalam berbagai bahasa asing umumnya juga menyebutkan sama, saat ini dapat diyakini sedang trendy di seantero dunia. Padahal “krisis” sudah merupakan bagian dari proses kehidupan sehari-hari umat manusia. Namun secara tiba-tiba hal yang satu ini menjadi lebih istimewa karena “tersembul” ke permukaan akibat terjadi krisis keuangan (financial) di Amerika Serikat yang berimbas ke seluruh dunia.

Krisis keuangan global 2008 ini oleh para pakar ekonomi sebenarnya sudah terpantau sejak tahun 2005. Pada tahun 2007 analisis dari ekonom Tim Indonesia Bangkit telah menegaskan mengenai prakiraan tersebut. Seperti diketahui, ekses krisis moneter tahun 1997/1998 yang kemudian berkembang menjadi krisis multidimensi masih terasa dampaknya hingga sekarang. Sedangkan benturan krisis keuangan global sekarang ini oleh sejumlah pakar diperkirakan bisa lebih hebat dan waktu yang panjang. (http://alimargono.wordpress.com/2008/11/28/krisis/).

Berproyeksi pada krisis 1998, akhir 2008 ini krisis ekonomi mulai terasa, dalam rapat Menteri Tenaga Kerja dengan DPR 1 Desember 2008, melaporkan sudah ada permohonan melakukan PHK 20 ribuan orang buruh pabrik. Tahun 2009 kesusahan barulah dimulai di Indonesia, bukan saja krisis ekonomi atau krisis multi dimensi namun yang akan terjadi adalah “the great depression 2009” bencana depresi besar seperti yang terjadi tahun 1930an, laporan Organisasi Perburuhan Dunia (ILO) memperkirakan sekitar 20 juta orang akan kehilangan pekerjaannya hingga akhir 2009 diseluruh dunia, pengangguran akan mencapai 250 juta orang.

Apa yang sudah dibangun dan dikembangkan sebagai upaya pemulihan paskah krisis 1998 sangatlah rapuh, termasuk sektor UKM ala Muhamad Yunus (penerima Nobel Prize Perdamaian 2006) yang dielu-elukan sebagai juruslamat ekonomi disaat krisis, tidak akan luput dari hantaman krisis karena kegiatan mayoritasnya kalau bukan orientasi ekspor, yang lebih banyaknya adalah penunjang/pemasok pada industri orientasi ekspor serta sektor parawisata berupa usaha souvenir dan cendramata.

Krisis 1998 UKM termasuk komoditi pertanian masih bisa survival untuk yang orientasi ekspor atau produk pengganti impor. Petani cengkeh dan kelapa Minahasa ketika krismon justru menjadi berkah bagi komuditi tersebut, karena waktu itu importir dan pabrik rokok tidak bisa melakukan impor karena LC kita tidak laku di luar negeri. Sekarang kndisi sanagat berbeda karena kemelut datangnya dari pusat kapitalisme.

Zunami lain yang segera menghantam Indonesia yang kelihatannya pemerintah tidak siap adalah serbuan pulangnya TKI dari klas babu sampai professional seperti pilot pesawat, pelaut, banker dan termasuk juga para eksekutif di perusahan-perusahan global, sebagai bagian dari laporan ILO tersebut diatas. Ancaman PHK terhadap 300.000 TKI di Malaysia yang didominasi pekerja di perkebunan dan pembantu rumah tangga (PRT) "Yang saya khawatirkan adalah para TKI yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang jumlahnya ada 300.000," kata Dubes RI untuk Malaysia Dai Bachtiar kepada wartawan di Istana Wapres Jakarta, Senin, 1 Desember 2008. Sangat-sangat serius karena seperti tersebut diatas benturan krisis keuangan global sekarang ini oleh sejumlah pakar diperkirakan bisa lebih hebat dan waktu yang panjang.

Berbahaya dan sangat memprihatinkan karena sampai saat ini penyebab dan solusi the great depression 2009 tidak ada jawabannya oleh ekonom dan pakar di seanteru dunia ini.

“The great depression 2009” menjadi bak semburan lumpur lapindo yang sampai saat ini tidak ada upaya yang bisa dilakukan kecuali menunggu sampai semburan itu berhenti dengan sendirinya (hanya Tuhan yang tahu), upaya secara teknis yang bisa dilakukan untuk menghentikannya sudah menjadi terlambat “… Tuhan ampunilah dosa-dosa Bakri Grup dengan Lapindonya yang karena ketelodoran sengaja pengabaian prosedur pengeboran menyebabkan rakyat bangsa ini menderita terutama yang ada di sekitar sempuran…”.


KIAT SALAH MEMPERBAIKI KRISIS EKONOMI GLOBAL ALA G20
Ketika masih dengan istilah “Krisis Ekonomi Global” bukan “The great depression 2009” artinya mereka para pemimpin G20 belum menyadari betul besarnya bahaya mengancam.

Lima rencana aksi menghadapi masalah moneter dan ekonomi dunia hasil pertemuan Puncak Pasar Moneter dan Ekonomi Dunia Pemimpin Kelompok 20 (G20) yang diadakan di Washington tanggal 15 November 2008, tidak tampak satupun yang bisa diharapkan menjadi solusi, justru sangat tampak mereka seperti dokter yang tidak mengetahui pusat sakitnya apa, penyebabnya apa. Ibarat nyeri kepala akibat dampak awal peradangan otak tapi diberi aspirin.

G-20 Adalah Organisasi Beranggotakan Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, AS dan Uni Eropa. INDONESIA merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN yang menjadi anggota G-20.
Rencana aksi tsb adalah sbb :
1. Penguatan transparansi & akuntabilitas:
· memperkuat standar akuntansi yang berlaku umum
· regulator dan standar akuntansi harus mensyaratkan keterbukaan informasi bagi instrumen keuangan yang kompleks
· sektor swasta dapat menyampaikan proposal mengenai praktik tebaik pengelolaan dana.
2. Penguatan regulasi
· Rejim pengaturan: IMF dan Financial Stability Forum (FSF) serta lembaga
· pengawas lainya mengembangkan rekomendasi untuk mencegah berulangnya siklus krisis, termasuk review terhadap proses valuasi, perubahan laba, modal bank dan bonus eksekutif pengawasan yang pruden: regulator mengambil langkah untuk memastikan lembaga pemeringkat tidak terlibat konflik kepentingan dan memenuhi standar serta mekanisme yang ditetapkan organisasi internasional dan otoritas bursa. Penguatan modal perbankan berdasarkan struktur kredit dan aktivitas perdagangan di bursa. Pembentukan lembaga pengelolaan credit default swap (CDS) di beberapa negara.
· Manajemen Risiko: memperkuat praktik manajemen risiko, pengawasan dan pengelolaan konsentrasi terhadap berbagai produk keuangan diseluruh dunia.
3. Mendorong integritas dalam pasar keuangan :
· otoritas nasional dan regional memperkuat kerjasama kebijakan, penyediaan informasi domestik dan lintas negara, khususnya yang dapat mengancam stabilitas pasar.
· review terhadap aturan-aturan berusaha guna mencegah terjadinya manipulasi pasar dan kejahatan keuangan lintas batas.
4. Memperkuat kerjasama internasional :
· pembentukan tim pengawas bagi institusi keuangan besar dan perbankan yang beroperasi lintas negara
· regulator memperkuat manajemen krisis lintas negara
5. Reformasi institusi keuangan internasional :
· Financial Stability Forum (FSK), yang berfokus pada penetapan standar-standar, harus memperbesar perasn negara berkembang. Sementara IMF meningkatkan fokus pengawasan
· memperkuat kerjasama IMF dan FSF
· peningkatan permodalan, Bank Dunia, dan lembaga lainya.
· memperbaiki akses kredit dan aliran modal di negara berkembang dan emerging.
Menurut rencana rencana aksi tsb akan dijabarkan lebih detail pada tanggal 31 Maret 2009 yang akan datang.
http://abinafisa.wordpress.com/2008/12/04/kiat-negara-negara-g-20-memperbaiki-krisis-ekonomi-global-%E2%80%93-sebuah-kesiasiaan/

Dari kaca-mata maramisnomics justru hampir kesemua langkah tersebut seperti halnya persyaratan dalam letter of intent IFM untuk bantuan menghadapi krisis Indonesia 1998 justru menjadi penyebab semua bencana ekonomi yang terjadi saat ini.

Dikatakan mereka tidak tahu penyebab dari “The great depression 2009” yang sudah didepan mata, dapat dilihat ketika Bush minta negara-negara maju melanjutkan kapitalisme. Bush menyatakan mendukung praktik pasar bebas karena dia belum mengetahui atau pura-pura tidak tau bahwa biang kerok semuanya ini adalah kapitalisme itu sendiri.

Dikatakan juga bahwa mereka tidak miliki solusi sebab ketika menyikapi sikap Bush tersebut Perdana Menteri Australia dan sebagian negara Eropa khususnya presiden Prancis Nicolas Sarkozy menyarankan perlunya pengawasan pemerintah yang lebih ketat terhadap pasar keuangan. Belum ada yang memeiliki tawaran sistim baru walaupun sadar akan krisis finansial yang sedang berlangsung saat ini telah menjadi bukti buat kita akan kerapuhan dari sistem ekonomi kapitalisme yang disebabkan oleh rapuhnya pilar-pilar yang menjadi penopang sistem ekonomi kapitalisme itu sendiri.

“The great depression 2009” hanya akan bisa dihadang oleh sistim ekonomi baru yang dinamakan Maramisnomics “The Other Way” sistim ekonomi politik jalan lain.

MARAMISNOMICS
Maramisnomics “The Other Way” adalah sistim ekonomi politik jalan lain, bukan varian komunisme/marxisme oleh Karl Marx. Maramisnomics “The Other Way” bukan kapitalisme yang diusung oleh Adam Smith ataupun Friedrich Hayek, bukan juga jalan kompromi ala The Three Way Antony Giddens, ataupun intervensi negaranya Keynes.

Keynes tersenyum, atau bahkan sedang tertawa terbahak-bahak melihat rengean Obama bersama perusahan otomotif dan semua langkah bailout yang diambil oleh US, UK dan Negara G7 lainnya, di mana peran pemerintah kembali dielu-elukan untuk memperbaiki kegagalan pasar.

Maramisnomics berbasis kolektif semu berintikan produktivitas dan ketersediaan artinya produksi diproyeksikan untuk ketersediaan kebutuhan kolektif, dimana ketersediaan disesuaikan antara volume dan jangka waktu aman suatu kebutuhan terhadap respon alam dan pertambahan populasi.

Maramisnomics tidak memerlukan intervensi anggaran Negara baik APBD maupun APBN (kalaupun ada sebatas support pembangunan infrastructure dalam arangka melayani masyarakat), peran Negara hanyalah pada tataran awal dalam bentuk kebijakan mendukung terluncurnya system yang selanjutnya menjadi milik dan dilaksanakan oleh masyarakat.

Maramisnomics “marjinalkan kapitalisme dengan cara kapitalistik” artinya sistim ini untuk awalnya akan sangat friendly dengan kapitalisme yang sedang berlangsung saat ini. Tidak seperti Marxisme yang dipersiapkan untuk menyingkirkan kapitalisme, maramisnomics hanya pada taraf memarjinalkan. Pasar tidak perlu diberangus, hanya perlu digeser kepingir (pasar yang marjinal), yang tanpa di apa-apain berubah menjadi (pasar dibutuhkan dengan penyesuaian bentuk) bentuk gallery-gallery barang-barang mewah terutama untuk product ciptaan baru hasil inovasi dan kreasi.

Maramisnomics akan merubah wajah perekonomian global dengan hanya akan mempersoalkan product-product seperti technology informasi dan barang-barang mewah sebagai issue ekonomi. Sementara untuk pangan, energi yang sudah menjadi kebutuhan pasti umat manusia dan sudah bisa dihitung pasti kebutuhannya sesuai dengan jumlah penduduk dunia termasuk pertumbuhan perkembangan, nantinya sudah tidak akan menjadi persoalan ekonomi. Product-product tersebut sudah diperhitungkan ketersediaannya termasuk dengan pertumbuhan bahkan sampai ratusan tahun kedepan. Urusan kebutuhan dasar manusia kedepan tidak akan menjadi urusan kementrian ekonomi dalam cabinet, tapi akan menjadi urusan kementrian kependudukan dan menjadi Departemen Kependudukan & Ketersediaan Kebutuhan Dasar.

Maramisnomics menganggap konglomerasi dan hak property/kepemilikan pribadi sarana pemicu awal karena dalam “The Other Way” awalnya dengan cara-cara kapitalistik jadi sangat menerlukan peran kepemilikan pribadi karena sebetulnya yang didorong oleh maramisnomics adalah kepemilikan pribadi minimal untuk kehidupan. Kedepannya tidak akan ada pertentangan kepemilikan pribadi, orang bole sekaya-kayanya tetapi tidak boleh ada orang susah.

MARAMISNOMICS BERBASIS OTONOMI DAERAH
Sejalan dengan semangat otonomi daerah dan ancaman “The great depression 2009” sebagai langkah darurat dianggap perlu Maramisnomics di aplikasikan secara parsial untuk kepentingan kekinian berbasis Kabupaten/Kota. Kabupaten/kota merupakan kepemimpinan terujung (bupati/walikota dengan DPRD II) adalah kekuasaan yang memiliki legitimasi politik yang kuat.

“The great depression 2009” yang adalah bencana depresi besar, untuk aplikasi maramisnomics parsial berbasis otonomi daerah kabupaten/kota harus dilakukan rekayasa dalam penerapannya. Kabupaten/kota selain berhadapan dengan persoalan didalamnya sendiri, haruslah siap manampung limpahan kesulitan regional, nasional dan juga global dalam bentuk pemulangan orang-orang yang di PHK. Kerawanan social dalam bentuk peningkatan angka-angka kriminalitas akan sangat menonjol ketingkat ekstrim yang belum perna ada sebelum, apabilah tidak dilakukan persiapan, yang tentunya tidak cukup dengan kebijakan-kebijakan biasa.

Karena maramisnomics akan menjadi solusi atas persoalan laten kabupaten/kota maka diperlukan sense of crisis maka dukungan maksimal dari semua komponen daerah baik birokrasi maupun masyarakat umumnya.

Penjelasan selanjutnya untuk aplikasi parsial maramisnomis berbasis otonomi daerah dibuat dalam bentuk program khusus:
MARAMISNOMICS PROGRAM
MENGHADANG “The great depression 2009”
DALAM KERANGKA OTONOMI KABUPATEN/KOTA

Demikian Maramisnomics “The Other Way” sistim ekonomi politik jalan lain, untuk di aplikasikan tentunya sangat perlu di polesindahkan dalam bentuk kritikan dan masukan selama masih dalam substansi yang sudah tertentu.


Jakarta, 8 Desember 2008,

Franky HT Maramis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar